Cerita Malin Kundang - Literasi Kelas 6B
1. Malin Kundang (Sumatra Barat)
Ada seorang wanita miskin yang hidup di sebuah desa. Dia tinggal bersama putra tunggalnya yang bernama Malin Kundang. Wanita tersebut sehari-hari bekerja sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari, sehingga selalu kekurangan.
Ketika Malin Kundang beranjak dewasa, dia memutuskan untuk pergi ke kota. Dia ingin mengadu nasibnya di sana.
“Barangkali dengan pergi ke kota, aku dapat mengubah nasib kita, ibu,” ucap Malin Kundang.
Dengan berat hati, ibunya mengizinkan. Kini, ibunya kembali menjadi wanita tua yang kesepian. Setelah kepergian Malin, ibunya selalu memikirkan keadaan anaknya itu. Dia menjadi sakit-sakitan, sedangkan Malin tidak pernah mengirimkan kabar untuknya.
Beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasibnya. Dia telah menjadi saudagar yang kaya raya dan mempunyai banyal kapal. Hidupnya tidak lagi susah. Dia juga menikah dengan seorang wanita bangsawan yang cantik.
Suatu ketika, dia ingin melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali dia tidak pulang. Dia pergi bersama istri dan banyak pekerjanya dengan membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk.
Tibalah Malin di desanya. Dia membagikan uang kepada penduduk dengan sombong. Penduduk di desanya sangat senang, tetapi di antara mereka ada yang mengenalinya. Orang itu lantas segera pergi ke rumah ibu Malin untuk memberikan kabar gembira kepadanya.
“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang kaya?” seru tetangga itu.
“Dari mana kau tahu itu? Selama ini, aku tidak pernah mendapat kabar darinya,” ucap ibu Malin terkejut.
“Sekarang, pergilah ke dermaga. Anakmu ada di sana. Dia terlihat sangat tampan dan istrinya juga sangat rupawan,” ucap tetangganya.
Ibu Malin tidak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, dia sangat merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Dia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.
“Malin, kau pulang, nak,” seru ibunya.
Malin mengenali ibunya. Namun, dia malu mengakui orang tua yang berpakaian sangat lusuh itu. Bagaimana dia menjelaskan kepada istrinya tentang semua ini?
“Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa benar orang tua ini adalah ibumu?” tanya istri Malin bingung.
“Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku,” seru Malin.
Sungguh sakit hati ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu mengutuk Malin.
“Hatimu sungguh sekeras batu, Malin. Kau aku kutuk menjadi batu. Kau anak yang durhaka,” ucap ibunya.
Malin ketakutan. Dia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya sudah sangat sakit hati. Seketika, hujan turun sangat lebat dan petir menyambar. Saat itu pula Malin berubah menjadi batu.
Tidak ada komentar